Di mana dirimu sahabat karibku
Ku rindu tuk berjumpa denganmu
Apakah kabarmu t’lah lama menghilang
Semoga bahagia kau di sana…
Sebait lirik lagu lawas ini mengingatku padamu…
Darius Dava Andromeda
Dimana kau kini? Aku tak tau.
Tanggal lahirmu pun aku tak ingat
Maaf.
Yg kuingat hanya saat kita harus berpisah 11 tahun yg lalu
Dan yg tersisa hanyalah selembar foto, yg telah kabur bin usang
Aku yakin kau pasti menjadi orang yg hebat
Ya, seperti namamu…
Apakah kau ingat padaku? Aku tak tau.
Ingatlah aku, walau samar-samar
Aku tak ingin berlebih di ingatanmu
Asal aku ada (atau terselip) itu sudah cukup
Kapan kita akan bertemu lagi? Aku tak tau.
Mungkin besok, lusa, bulan depan, tahun depan
Atau mungkin masih lama lagi
Entah kapan kita akan bertemu
Banyak yg ingin aku tanyakan padamu
Banyak yg ingin aku ceritakan…
Tapi…
Cukupkah umurku untuk menunggu saat itu? Aku tak tau.
Sanggupkah waktu menanti waktu? Aku tak tau.
(Mayank Ponimiring II ** bibirmerahmembabibuta@yahoo.com)
Senin, 27 September 2010
TAK BEGITU
Kau tak begitu tampan
Tapi kau mampu membuatku jatuh cinta
Kau tak begitu romantis
Tapi kau mampu membuatku selalu merindukanmu
Kau tak begitu kaya
Tapi kau mampu memberiku yang terbaik
Kau tak begitu sempurna
Tapi kau mampu membuatku ingin selalu jadi yg terbaik untukmu
(Mayank Ponimiring II ** bibirmerahmembabibuta@yahoo.com)
Tapi kau mampu membuatku jatuh cinta
Kau tak begitu romantis
Tapi kau mampu membuatku selalu merindukanmu
Kau tak begitu kaya
Tapi kau mampu memberiku yang terbaik
Kau tak begitu sempurna
Tapi kau mampu membuatku ingin selalu jadi yg terbaik untukmu
(Mayank Ponimiring II ** bibirmerahmembabibuta@yahoo.com)
NYANYIAN SUKMA
Di dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata;
sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku,
Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ;
ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya,
dan mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh bibirku.
Betapa dapat aku mendesahkannya?
Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana
Kepada siapa aku akan menyanyikannya?
Dia tersimpan dalam relung sukmaku
Kerna aku risau, dia akan terhempas
Di telinga pendengaran yang keras.
Pabila kutatap penglihatan batinku
Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya,
Dan pabila kusentuh hujung jemariku
Terasa getaran kehadirannya.
Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya,
Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan.
Air mataku menandai sendu
Bagai titik-titik embun syahdu
Yang membongkarkan rahsia mawar layu.
Lagu itu digubah oleh renungan,
Dan dikumandangkan oleh kesunyian,
Dan disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh kebenaran,
Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,
Dan difahami oleh cinta,
Dan disembunyikan oleh kesedaran siang
Dan dinyanyikan oleh sukma malam.
Lagu itu lagu kasih-sayang,
Gerangan ‘Cain’ atau ‘Esau’ manakah Yang mampu membawakannya berkumandang?
Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati:
Suara manakah yang dapat menangkapnya?Kidung itu tersembunyi bagai rahsia perawan suci,
Getar nada mana yang mampu menggoyahnya?
Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam?
Siapa yang berani membandingkan deru alam, Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian?
Siapa berani memecah sunyi
Dan lantang menuturkan bisikan sanubari
Yang hanya terungkap oleh hati?
Insan mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan?
(Dari Kahlil Gibran - ‘Dam’ah Wa Ibtisamah’ -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)
sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku,
Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ;
ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya,
dan mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh bibirku.
Betapa dapat aku mendesahkannya?
Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana
Kepada siapa aku akan menyanyikannya?
Dia tersimpan dalam relung sukmaku
Kerna aku risau, dia akan terhempas
Di telinga pendengaran yang keras.
Pabila kutatap penglihatan batinku
Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya,
Dan pabila kusentuh hujung jemariku
Terasa getaran kehadirannya.
Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya,
Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan.
Air mataku menandai sendu
Bagai titik-titik embun syahdu
Yang membongkarkan rahsia mawar layu.
Lagu itu digubah oleh renungan,
Dan dikumandangkan oleh kesunyian,
Dan disingkiri oleh kebisingan,Dan dilipat oleh kebenaran,
Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,
Dan difahami oleh cinta,
Dan disembunyikan oleh kesedaran siang
Dan dinyanyikan oleh sukma malam.
Lagu itu lagu kasih-sayang,
Gerangan ‘Cain’ atau ‘Esau’ manakah Yang mampu membawakannya berkumandang?
Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati:
Suara manakah yang dapat menangkapnya?Kidung itu tersembunyi bagai rahsia perawan suci,
Getar nada mana yang mampu menggoyahnya?
Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam?
Siapa yang berani membandingkan deru alam, Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian?
Siapa berani memecah sunyi
Dan lantang menuturkan bisikan sanubari
Yang hanya terungkap oleh hati?
Insan mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan?
(Dari Kahlil Gibran - ‘Dam’ah Wa Ibtisamah’ -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)
puisi cinta khalil ghibran
aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu .
aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada .
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu .
aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada .
Langganan:
Postingan (Atom)